CILEGON, INST-Media.id – Siapa sangka di balik gemerlap Kota Cilegon, yang dijuluki kota industri dengan nilai investasi triliunan rupiah, ada potret kemiskinan yang luput dari perhatian?
Adalah Badri (62), warga Kampung Baru Tegal Wangi, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, yang kini terbaring lemah di rumah tua nyaris ambruk. Sudah dua bulan lebih ia hanya bisa tidur di atas kasur lusuh, ditemani anak bungsunya yang setia merawat. Kondisinya tak hanya sakit-sakitan, tapi juga terjebak dalam rumah yang atapnya nyaris runtuh dan bocor di setiap hujan.
Ironisnya, rumah Badri berdiri di tengah kawasan industri raksasa. Tapi jangankan bantuan dari perusahaan, perhatian dari pemerintah pun nyaris tak pernah datang. Padahal warga sudah berulang kali mengajukan usulan agar rumah Badri direnovasi.

“Sudah diajukan berkali-kali, tapi hasilnya nihil,” ujar Tolha Sobirin, Ketua RT setempat.

Badri sendiri enggan tinggal bersama anak-anaknya meski hidup sebatang kara. Ia memilih bertahan di rumah tuanya dengan segala keterbatasan. Selama ini, tetangga lah yang bergotong-royong membantunya makan dan bertahan hidup.
Dari peristiwa ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kemajuan ekonomi tak selalu berarti keadilan sosial. Warga berharap pemerintah dan pelaku industri buka mata dan segera turun tangan. *(RED)
