
JAKARTA, INST-Media.id – Kabar mengejutkan datang dari dunia sepak bola tanah air. Timnas Indonesia dijatuhi sanksi oleh Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) buntut dari aksi diskriminatif suporter saat laga melawan Bahrain pada 25 Maret 2025 lalu. Hukuman ini mencakup denda hampir Rp400 juta serta larangan hadir bagi sebagian penonton di laga krusial Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan China.
Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, mengonfirmasi bahwa FIFA telah mengirimkan surat resmi berisi sanksi yang dijatuhkan. Dalam surat tersebut, FIFA menyebutkan pelanggaran terhadap Pasal 18 Kode Disiplin FIFA terkait tindakan diskriminatif.
“FIFA menyatakan bahwa PSSI bertanggung jawab atas perilaku diskriminatif yang dilakukan sekelompok suporter saat melawan Bahrain,” kata Arya dalam keterangannya, Minggu (11/5/2025).
Insiden tersebut terjadi pada menit ke-80 pertandingan, tepatnya di sektor 19 Stadion. Sekitar 200 suporter di tribun utara dan selatan diketahui meneriakkan yel-yel bernada xenofobia yang bertentangan dengan semangat kesetaraan dan inklusivitas yang dijunjung tinggi oleh FIFA.
Dua Sanksi FIFA: Denda & Pembatasan Penonton

Atas pelanggaran itu, FIFA menjatuhkan dua sanksi tegas. Pertama, PSSI dikenai denda sebesar 23.000 CHF atau sekitar Rp398 juta. Kedua, sebanyak 15 persen kapasitas penonton harus dikosongkan dalam laga Indonesia melawan China pada 5 Juni 2025 mendatang. Area yang terdampak adalah tribun utara dan selatan, sektor yang menjadi lokasi insiden.
Meski demikian, FIFA memberikan opsi bagi PSSI agar kursi-kursi kosong itu dapat diisi oleh kelompok khusus seperti pelajar, komunitas perempuan, keluarga, atau kelompok kampanye anti-diskriminasi, dengan catatan mereka membawa spanduk bertema anti-diskriminasi.
PSSI Diminta Serius Tangani Diskriminasi
FIFA juga meminta PSSI menyusun rencana tempat duduk secara detail dan mengirimkannya setidaknya 10 hari sebelum pertandingan berlangsung. Tak hanya itu, federasi sepak bola dunia ini juga mendesak PSSI untuk membuat strategi jangka panjang dalam memerangi segala bentuk diskriminasi di lingkungan sepak bola Indonesia.
“Kita semua harus bertanggung jawab atas insiden ini. Tidak boleh ada tempat bagi ujaran kebencian, rasisme, atau xenofobia di sepak bola,” tegas Arya.
Hukuman ini sontak mengecewakan banyak fans Garuda, terutama yang sudah bersiap datang ke stadion untuk menyemangati skuad asuhan Patrick Kluivert dalam laga penting menghadapi China. Para pendukung kini dihadapkan pada pembatasan akses yang harus dihormati demi masa depan sepak bola yang lebih beretika. *(EPL/RED)
