
LEBAK, INST-Media.id – Setelah tiga bulan menutup diri dari dunia luar, masyarakat Baduy Dalam kini bersiap menjalani prosesi akhir yang sakral: Seba. Ini adalah bagian dari rangkaian tradisi Kawalu, sebuah ritual tahunan penyucian diri yang diwariskan turun-temurun dalam kepercayaan Sunda Wiwitan.
Selama Kawalu, kampung Baduy Dalam tertutup total bagi wisatawan. Warga menjalani puasa spiritual dan menjaga keheningan sebagai bentuk penghormatan terhadap alam, leluhur, dan Sang Pencipta. Ritual ini berlangsung dalam bulan-bulan adat Kasa, Karo, dan Katilu, di mana warga menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas duniawi pada waktu-waktu teretentu.
Tak hanya itu, sebelum menjalani puasa, seluruh lingkungan desa dibersihkan, dan aktivitas pengolahan hasil bumi dihentikan. Padi hanya boleh ditumbuk dengan alat tradisional, tanpa sentuhan teknologi modern, sebagai bentuk keselarasan dengan nilai-nilai leluhur.
Kini, setelah Kawalu selesai, warga Baduy mempersiapkan Seba, tradisi berjalan kaki ratusan kilometer ke pusat pemerintahan di Rangkasbitung dan Serang. Mereka membawa hasil panen sebagai simbol syukur dan penghormatan kepada pemimpin daerah. Seba bukan sekadar seremoni; ini adalah bentuk nyata hubungan harmonis antara rakyat adat dan pemerintah.
Tradisi ini terus dijaga sebagai warisan tak ternilai, sekaligus pengingat bahwa kehidupan sederhana dan spiritualitas masih hidup di tengah zaman modern. *(RED)
