CILEGON, INST-Media.id – Dampak perang dagang global mulai terasa di Kota Cilegon. Kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor memicu lonjakan harga kedelai, bahan baku utama tahu dan tempe. Hal ini membuat pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di sektor pangan tradisional ketar-ketir.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Cilegon, Didin Supriatna Maulana, menyebutkan bahwa dalam dua bulan terakhir, harga kedelai impor naik sekitar 10 persen. Dari sebelumnya Rp8.800 per kilogram, kini tembus Rp9.725 per kilogram.
“Kenaikan ini sangat memberatkan pengrajin tahu dan tempe. Mereka mengandalkan kedelai sebagai bahan baku utama, sementara kemampuan menaikkan harga jual terbatas,” ujar Didin.
Kondisi ini diperparah oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang kini mencapai Rp16.885 per dolar. Akibatnya, beban impor pun semakin tinggi.
Data BPS menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat bergantung pada kedelai impor, dengan total impor mencapai 2,27 juta ton pada 2023.

Pemkot Cilegon kini tengah memantau perkembangan harga dan berupaya mencari solusi agar pelaku UKM bisa tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi global ini. *(RED)
